Dari Buku: Fikih Politik Menurut Imam Hasan Al-Banna.
Penulis: Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris.
Ketika Imam Hasan Al-Banna menyampaikan ceramah Beliau dalam muktamar V yang membahas (Karakteristik Dakwah Ikhwanul Muslimin), Beliau menyebutkan rinciannya sebagai berikut:
a. Menjaga jarak dari dominasi para penguasa dan tokoh-tokoh berpengaruh
Imam Hasan Al-Banna sangat menginginkan dakwah Ikhwanul Muslimin yang berjalan di atas rel dakwah para Rasul utusan Allah, yaitu dakwah terhadap para kaum dhuafa dan orang-orang fakir, serta dakwah yang menjaga jarak dari dominasi para pembesar dan tokoh-tokoh berpengaruh, terlebih dalam usia dakwah yang masih belum mencapai 10 tahunan. Alasannya, karena para penguasa dan figur-figur yang berpengaruh tersebut tentu memiliki target, misi dan kepentingan pribadi maupun golongan yang mereka jadikan patokan –terlebih jika mereka adalah kelompok mayoritas dan berkuasa-. Semua itu mereka jadikan sarana guna menggapai capaian duniawi serta keinginan pribadi maupun golongan mereka, sehingga bila dakwah ini berkoalisi dengan orang-orang seperti itu, dikhawatirkan mereka akan mengubah arah, misi utama, program dan metode dakwah ini yang berjuang menciptakan kehidupan Islami dan membentuk pemerintahan Islam.
Penulis mengajak para pembaca mengkaji tulisan Imam Hasan Al-Banna dalam kongres V ini. Di sini Beliau menjelaskan alasan dan motif pengambilan sikap Beliau yang terkesan sengaja menjaga jarak dari para penguasa serta berupaya memfilter jamaah Ikhwan dari orang-orang seperti itu.
Beliau berkata: “Karena kita selaku para pejuang dalam gerbong dakwah Ikhwan sengaja mengambil sikap seperti itu, khususnya di awal kemunculan dakwah, agar keorisinilan dakwah ini tidak terkontaminasi oleh propaganda-propaganda lain yang dilancarkan oleh para penguasa dan figur-figur terkenal itu, dan supaya tidak ada di antara para tokoh tersebut yang sengaja mengeksploitasi dakwah ini sebagai kendaraan politik mereka untuk sampai pada tujuan atau malah ingin menyetir dakwah ini ke orientasi yang bukan merupakan misi utama dakwah. Hal ini disebabkan karena mayoritas para penguasa itu kurang merefleksikan karakter diri sebagai pribadi Muslim, apalagi merefleksikan karakter diri sebagai seorang pribadi Muslim sejati yang berjuang demi agama ini”.
Tipologi orang-orang di atas masih berada jauh dari jamaah Ikhwan, kecuali beberapa orang tokoh yang fikrah, tujuan dan misi mereka jelas dan bisa dipahami sehingga diharapkan keberhasilannya” .
Kemudian Imam Hasan Al-Banna menguraikan karakteristik dakwah Ikhwan lain yaitu:
b. Menjaga jarak dari beragam organisasi dan partai-partai politik
Hal itu dilakukan kurang lebih karena motif yang tak jauh berbeda dari alasan di atas, agar tidak mendatangkan dampak negatif terhadap keutuhan dan kesatuan barisan para pejuang dakwah serta tidak menularkan perpecahan, ketidakakuran dan persaingan antar sesama anggota partai mereka terhadap barisan pejuang dakwah. Dengan demikian, dakwah bisa berjalan mengikuti arah rel yang benar dan tidak digiring ke arah dan orientasi yang keliru menuju perpecahan, permusuhan dan akibat-akibat lain yang tidak relevan dengan semangat persaudaran Islam.
Sikap ini merupakan strategi dakwah yang bersifat temporal, yaitu pada periode permulaan dakwah dan saat jumlah kader dan simpatisan masih terbatas. Adapun jika dalam gerbong dakwah telah bergabung sejumlah besar kader, simpatisan, partisipan dan orang-orang yang siap berjuang lewat dakwah ini, maka kehadiran tokoh-tokoh penting, figur-figur berpengaruh, maupun koalisi partai-partai lain bisa dimaklumi, selama mereka bisa diarahkan dan ditarbiyah.
Imam Hasan Al-Banna pernah menyampaikan nasehatnya: “Sekarang kita merasakan perjalanan dakwah yang sudah semakin kokoh ketika telah banyak orang-orang yang siap bergabung dan berafiliasi dengan dakwah ini, sehingga dakwah telah mampu mewarnai dan tidak diwarnai, dakwah bisa memberikan nuansa baru serta telah mempengaruhi dan tidak dipengaruhi. Untuk itu sekarang kita membuka diri, menyambut dan mengundang para pejabat penting negara, para penguasa, organisasi-organisasi kemasyarakatan serta partai-partai untuk ikut berafiliasi dan berjuang bersama kafilah dakwah Ikhwan serta meninggalkan semua embel-embel yang tak akan pernah habis-habisnya sembari kita menyatukan tekad dan langkah di bawah naungan Al-Qur`an Al-‘Azhim dan di bawah panji yang dikibarkan Rasulullah Al-Karim serta dalam koridor manhaj Islam yang lurus (qawim).
Jika mereka menyambut baik seruan ini, berarti mereka telah menjadi orang-orang terpilih yang semoga akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat sehingga diharapkan dengan keberadaan mereka di tengah-tengah kafilah dakwah akan membuat rintangan semakin mudah dihadapi serta akan mempersingkat waktu dalam mencapai misi dan target yang akan dicapai. Tapi bila mereka masih enggan dan keberatan untuk berjuang bersama, maka kita harus sabar menunggu. Semoga Allah memberikan hidayah-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Meguasai segala urusan, namun kebanyakan manusia tidak menyadari”.
Seorang yang memperhatikan dengan seksama wasiat Imam Hasan Al-Banna tersebut akan menemukan banyak pelajaran, ibrah dan fiqih politik yang bisa dipetik. Setiap orang berpeluang dikucilkan dan dijauhi oleh kelompok atau saudara-saudaranya, dan para penguasa bathil tersebut tidak ridho bila Ustadz Imam Hasan Al-Banna dan sahabat-sahabatnya yang berkeinginan kuat menapaki kehidupan Islam dari awal dan mendirikan negara dan khilafah Islamiyyah yang mempersatukan umat Islam sedunia serta memerdekakan semua aspek kehidupan umat Islam baik perpolitikan, perekonomian, sosial, perundang-undangan dan moralitas. Serta membebaskan mereka dari cengkeraman kekuasaaan Barat dan kezhaliman para penguasa bathil yang telah merampas puncak kepemimpinan di saat orang banyak tidak menyadarinya.
Renungkanlah ungkapan Beliau berikut: Dengan wasiat-wasiat singkat ini, saya ingin antum semua benar-benar memahami permasalahan yang terjadi di hadapan mata. Karena kita tidak tahu, bisa jadi satu saat nanti akan datang masa-masa sulit yang akan memisahkan antara saya dengan antum semua, yaitu di kala saya tidak bisa lagi berdialog dan menuliskan pemikiran-pemikian terhadap ikhwah semua. Dalam wasiat ini, Beliau ingin menyampaikan bahwa para penguasa taghut tersebut bakal memisahkan sosok figur pimpinan dakwah (qaid) dengan para pengikutnya baik dengan cara memenjarakan, menyiksa atau mem-bunuh pimpinan dakwah tersebut.
Ikhwanul Muslimin adalah sebuah jamaah (komunitas dakwah) yang muncul guna menumbuhkan kembali spirit keislaman dalam jiwa masing-masing manusia, dalam kehidupan individu maupun interaksi sosial mereka. Jamaah yang mempunyai misi dan target membangkitkan semangat umat Islam yang hampir padam, karena selalu digempur oleh musuh-musuh Islam bahkan hingga ke lorong-lorong pintu rumah mereka. Musuh-musuh yang telah mengenggam hampir segenap potensi umat, dengan memperalat umat Islam serta menganggap enteng umat Islam dalam pandangan mereka. Tidak hanya itu, musuh-musuh Islam juga menjajah negeri-negeri serta merampas kota-kota suci milik umat Islam.
Ikhwanul Muslimin muncul guna mengaspirasikan penerapan dan implementasi seluruh hukum Islam di semua aspek kehidupan. Dalam artian ini, Ikhwanul Muslimin bukanlah semacam LSM, karena peran lembaga tersebut hanya terkonsentrasi mengurus kepentingan-kepentingan sosial dan tidak terlibat dalam aspek-aspek kajian Islam yang lain. Di samping itu, Ikhwanul Muslimin juga bukan partai politik, karena biasanya perjuangan partai politik hanya terkonsentrasi hingga sampai pada level merancang susunana kabinet dalam pemerintahan dan menguasai tampuk kekuasaan guna mencapai kepentingan-kepentingan individu dan partai semata.
Tapi dakwah Ikhwanul Muslimin mengajak kepada Islam dengan pemahamannya yang komperhensif, yaitu Islam sebagai agama yang mengatur hubungan individu dengan Rabbnya, hubungan individu dengan pribadinya, hubungan individu dengan keluarga, hubungan individu dengan sesama dalam interaksi sosial, loyalitas individu terhadap negara yang berkuasa dengan syarat selama aturan yang dipakai dalam negara tersebut juga loyal terhadap aturan-aturan Allah serta mengatur hubungan diplomasi antara umat Islam dengan negara lain dalam konteks kerjasama antar sesama negara di dunia.
Ikhwanul Muslimin menyeru pada Islam dan berupaya mendirikan pemerintahan Islam serta berupaya memenuhi hak-hak publik semua lapisan masyarakat yang hidup di negara dan pemerintahan Islam tersebut. Mungkin terbayang dalam pikiran kebanyakan orang, bahwa implikasi dari politik adalah mewujudkan kepentingan-kepentingan individu dan golongan lewat jalur menguasai pemerintahan, namun hal ini tidak ditemukan dalam jamaah ini. Ikhwanul Muslimin tidak menghalalkan darah para warga sipil yang tak berdosa dalam sebuah pemberontakan buta yang akibatnya dirasakan oleh anak-anak, para wanita dan orang-orang yang tak bersalah.
Dalam ajaran Islam dan politik Ikhwan diajarkan bahwa seorang wajib membela diri ketika ia diperlakukan semena-mena oleh pihak lain, dan seorang ikhwah harus tetap komitmen dalam dakwah serta menentang semua musuh jika harta, kehormatan bahkan nyawanya terancam. Perhatikan perkataan Beliau berikut: “Jika kalian menentang dan menghalang dakwah kami, maka sesungguhnya Allah telah mengizinkan kami guna membela diri dan kalian termasuk orang-orang yang berbuat aniaya . Membela diri dan menangkis serangan musuh merupakan tindakan yang dilegitimasi oleh Islam bahkan sebagian di antara ahli fiqih cenderung menjadikan tindakan tersebut sebagai kewajiban.
Para kader Ikhwanul Muslimin tidak akan meminta bantuan pada organisasi-organisasi yang tidak jelas asal-usulnya, begitu pula terhadap pemerintah dan tokoh-tokoh kenamaan yang menyeleneh. Tapi para kader Ikhwan akan berjuang secara mandiri dan merogoh kantong dan kocek mereka sendiri untuk pengembangan sayap dakwah. Imam Hasan Al-Banna telah menguraikan hal tersebut dalam muktamar V, Beliau mengungkapkan:
Adapun sikap yang selayaknya ditelateni oleh kader Ikhwan dalam menghadapi situasi permusuhan yang genting, tuduhan, isu dan cercaan tak beralasan yang menyerang jamaah Ikhwanul Muslimin adalah tidak ikut tenggelam dan ambil bagian dengan melakukan hal yang sama, agar tidak terjadi saling lempar tuduhan karena hal itu hanya akan menghabiskan waktu saja. Alangkah lebih baiknya jika waktu untuk menjawab tuduhan-tuduhan tersebut dialokasikan dan dimanfaatkan ke hal-hal yang lebih bermanfaat dan bernilai dakwah di tengah masyarakat, dipergunakan guna me-ngajarkan umat mengenai hukum agama, menjalankan amar ma’ruf dan nahi munkar serta upaya mensejahterakan dan membahagiakan kehidupan mereka di dunia dan akhirat kelak. Renungkanlah nasehat Beliau: “Jika mereka tenggelam dalam rasa permusuhan dengan kita, maka katakanlah: Kebahagiaan bagi Anda, karena kami tidak butuh orang-orang yang jahil”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar